Sepertinya sekarang ini
dunia Pencinta Alam yang berorientasi dan terkenal dengan naik gunung sedang
sangat digemari, bahkan oleh masyarakat yang dahulunya berkata bahwa naik
gunung itu gak penting, bikin capek, bikin kumel, dan perkataan tidak mendukung
bahkan terkesan mengejek. Ya, memang masyarakat Indonesia itu ‘Latah’, dan
latahnya dimulai dari apa yang mereka tonton dan disukai bahkan yang dikenakan
oleh idolanya. Dan karena yang diidolakan itu adalah artis-artis di televisi
maka wajar saja kalau sekarang ini banyak masyarakat yang ‘Sok Ngartis’.
Latah tentang naik
gunung terbaru terjadi karena adanya film 5 Cm yang membodohi para penontonnya
dengan mengajarkan naik gunung tanpa persiapan dan perlengkapan yang benar. Hal
ini dapat dilihat dari ramainya gunung-gunung dengan pendaki yang memakai
celana jeans ketat, jaket kain tipis, tas cantik kecil mungil dan unyu-unyu
dengan barang bawaan yang dipegang tangan bahkan dipanggul. Bayangkan, dibahu
kita ada tas unyu-unyu (yang entah isinya apa?) ditangan kanan ada SB, dan kita
masih memanggul tenda dome yang dibantu memegang dengan tangan kiri, nah
tiba-tiba kita tergelincir pas mau naik, lalu apa yang terjadi? Kita
mengikhlaskan diri untuk jatuh bebas atu mengikhlaskan barang-barang diluar tas
terjun bebas tanpa ikhlas ditambah dengan semprotan dari teman-teman? Silahkan
difikirkan.
Belum lagi konsumsi yang dibawa hanya berupa mie instan, nah kalau naik
gunungnya selama 1 minggu dan makannya 2x dalam 1 hari maka 14 kali kita makan
mie instan. Sedangkan menurut dokter kesehatan., mie instan cukup dimakan 1
minggu 1 kali, itupun rentang waktu yang paling singkat untuk mengkonsumsinya.
Nah kalau selama 1 minggu kita makan mie terus menerus sudah pada tau dampaknya
bukan? Kalau gak begitu pada bawa makanan lain yang judulnya tetep ‘instan’,
nah tau sendiri bukan dampak dari makanan instan? Pasti ada bahan
pengawetnyakan, kalau selama 1 minggu kita makan makanan instan jadi sudah
berapa banyak pengawet yang kita timbun di dalam tubuh kita? Dan bila di dalam
tubuh kita banyak tersimpan bahan-bahan kimia, pengawet, maka dalam waktu lama
akan berdampak pada kesehatan kita bukan....
Hal lainnya yang sering
terlupakan oleh para MARP.A adalah obat-obatan.
Kalau di film 5 CM, ketika kita terluka cukup dengan menggunakan plaster dan
kita sudah bisa berjalan normal kembali. Bohong
banget dan pembodohan akut
bukan? Mendaki gunung resiko terluka parah itu selalu ada, kalau kita tiba-tiba
jatuh kejurang atau kawah apakah kita bisa langsung memberi plaster dan orang
yang jatuh kejurang atau kawah sudah bisa berjalan normal kembali? Tidak,
apabila jatuh ke jurang atau kawah kita membutuhkan webbing untuk membawa si
korban dari jurang atau kawah tersebut. Belum lagi kita membutuhkan parang
untuk membuka jalan demi menolong korban. Atau mungkin pada mau ninggalin yang
jatuh tersebut? Tega bener Bung. Atau tiba-tiba temen kita mengalami sesak
nafas, apa kita bisa kasih plester terus sembuh? “Loh temenku yang tak ajak
mendaki gak punya penyakit asma dan sehat walafiat kok”, kita gak akan pernah
tau kejutan yang akan diberikan oleh alam kepada kita. Bisa jadi temen kamu
yang diajak mendaki adalah orang yang menurut kamu paling kuat diantara yang
lain tapi ternyata kejutan dari alam itu berbeda, teman yang kamu anggap paling
sehat ternyata dia kena asma diketinggian sana, atau terkena hipotermi. Nah,
sebuah kejutan besar bukan. Kalau kalian mempunyai ilmu PPGD yang cukup baik
mungkin hal yang mengejutkan tersebut tidak membuat kamu panik sampai pengen
terjun bebas kejurang, tapi kalau kamu tidak punya bekal sama sekali tentang
PPGD maka bisa dipastikan kamu lebih memilih berjalan jauh menuju puncak tapi
temanmu baik-baik saja atau mungkin piilihan kamu jatuh pada terjun bebas
dijurang atau kawah, biar gak bingung ngurusin temen kamu yang sakit (sadis
amat ya....). belum lagi di film 5Cm itu diceritakan kalau ada yang terkena
batu besar ketika perjalanan kepuncak, ada yang terkena telinganya ampek
berdarah dan berdenging sebentar, lalu sembuh. Dan yang lebih parah adalah si
cowok yang kepalanya terkena batu besar dan baik – baik saja. Itu adalah hal yang benar-benar ‘MUSTAHIL’ dan ‘BOHONG”. Bagaimana bisa orang terkena batu sebesar itu namun
baik-baik saja, padahal kenyataannya ada yang terkena batu yang jauh lebih
kecil dari yang di film 5cm itu sudah patah tulang dan pecah kepalanya serta
gegar otak.
Belum lagi, sekarang
ini banyak yang pada nekat naik gunung tanpa membawa GPS ataupun peta (bahkan
ada yang belum pernah berjumpa dengan peta apalagi bisa baca peta) dan keahlian
membaca tanda alam lainnya. Dan ternyata gunung yang kalian daki mempunyai
jalur yang cukup bikin kepala puyeng. Awalnya sih kalian pada bilang, ‘udah deh
berangkat aja. Toh disana ada jalannya kok, “paling” juga ada tandanya entar.’
Dan akhirnya kalian berangkat dengan membawa “Paling” dan ‘bondo nekat’ dari
rumah. Eh ternyata sampai disana jalurnya bikin orang pengen terjun bebas
karena banyak banget percabangan. Masih untung kalau ada marka walau jarak
antar marka gak normal (lebih jauh dari jarak marka normal) atau kalau pas
mujur ketemu orang yang sedang naik gunung, jadi bisa nanya. Nah kalau marka
dan orang gak ada trus yang kalian lakuin apa? Pada mau nanya ke pohon? Nanya
ke hewan disana? Oh iya aku lupa kalau sekarang banyak grub-grub di sosmed yang
memfasilitasi para’PENDAKI GUNUNG DADAKAN’untuk naik keatas sana. Dan gak lupa,
banyak juga yang dengan bangganya nulis di dinding grub ‘Permisi mbk2 dan mas2,
aq rencananya sama temenq berdua nih mau kegunung A pada tanggal sekian. Adakah
yang mau gabung dan isa bantu kasih tau jalurya? Maklum mas/mbk, masih pemula’
-_- dan dengan gesitnya para anggota grub ini segera berlomba-lomba menunjukkan
eksistensi dan dirinya masing-masing memberikan komentar ke status tersebut
dengan kata2 ‘Ah mbk lewat jalur sini aja lebih gampang’ ‘sama aku aja mbk
nanti tak kasih tau jalurnya’ dan banyak komentar sejenis. Tanpa
memperhitungkan A,B, C,,,,, Z. Kalau ada yang posting foto sedang berada di
tempat A, B, C dll pada bereput buat posting nanya dimana itu, jalurnya lewat
mana, biaya habis berapa dan sejenisnya tapi ketika ada yang posting di grub
tentang hal-hal positif mendaki gunung eh malah gak ada yang nanggepin, bahkan
sekedar kasih jempol aja ogah (MIRIS).
Sepertinya banyak yang
pada salah tangkap dengan film 5 cm ini. Kalau menurut aku pribadi nih ya, film
5 cm itu sebenarnya gak menceritakan tentang mendaki gunung apalagi keamanan
dan manajemen yang baik saat mendaki, tetapi lebih pada persahabatan. Lebih
pada kerja keras dan keyakinan dalam mencapai sebuah impian. Hanya saja sebuah
kerja keras, keyakinan dan persahabatan yang dibalut dan dibumbui oleh kegiatan
mendaki gunung. Yang mungkin juga skalian memperlihatkan keindahan indonesia
serta sedikit menyentil kita untuk lebih mencintai negeri sendiri. Daripada
kita sering keluar negeri untuk menikmati libur panjang dengan biaya yang tidak
sedikit maka kenapa tidak untuk menghabiskan waktu liburan bersama keluarga
untuk mengajarkan anak kita mencintai negeri sendiri lewat keindahan alamnya,
akan tetapi dengan tetap menjaga keindahan, kebersihan dan keasriannya. Tidak
dengan cara merusak yang sudah ada dengan yang baru dimana hal yang baru
tersebut dirasa lebih modern akan tetapi dampak panjangnya memusnakan yang ada
bahkan endemik di suatu daerah atau kawasan. Misal nih, mandi di danau, nah
loh, itu aer danau kan dibuat minum, masak dan lain sebagainya kok ya masih
dibuat mandi, apa kita mau minum dan makan dari kotoran yang ada di tubuh kita
atau danau yang dibuat untuk mencuci sisa-sisa masakan nah loh itukan mau
dibuat masak lagi masak iya kita mau masak pakai air yang kotor? Air danau kan
gak mengalir selayaknya air sungai ataupun air laut Bung, jadi butuh waktulebih
lama untuk tanah menyaringnya menjadi bersih. Eits bukan berarti kita isa
seenaknya membuang sampah atau apapun kedalam sungai atau laut lo yaaaa...
ayolah kenali alam indonesia namun tetap mencintai dan menjaganya demi anak
cucu kita kelak ^_^
Ternyata ‘Latah’ naik
gunung gak hanya terjadi karena film 5 cm aja, dulu sekitar tahun 2005 ada juga
film yang bercerita tentang alam dan sedikit dunia kepencinta alaman, SOE HOK
GIE. Tetapi film ini berbeda dengan 5 CM.
Dimana pada film ini lebih bercerita tentang seorang mahasiswa UI yang tidak toleran terhadap ketidakadilan dan
mengimpikan Indonesia yang didasari oleh keadilan dan kebenaran yang murni.
Hok Gie dan teman-temannya menghabiskan waktu luang
mereka naik gunung dan menikmati alam Indonesia yang asri dengan Mahasiswa
Pecinta Alam (MAPALA) UI. Selain
itu, mereka juga gemar menonton dan menganalisa film, menikmati kesenian-kesenian tradisional, dan menghadiri
pesta-pesta. Film ini menggambarkan petualangan Soe Hok Gie mencapai tujuannya
untuk menggulingkan rezim Sukarno, dan perubahan-perubahan dalam hidupnya
setelah tujuan ini tercapai. Lebih pada mahasiswa yang kritis, jujur dan cinta
indonesia. Tapi sayang, Gie harus meninggalkan dunia dipelukan tanah tertinggi
di Pulau Jawa dengan cita-citanya yang sampai sekarang belum terwujud.
dan yang akan datang ada Film "Romeo Rinjani". Entah filem ini akan membawa penonton ke arah mana dan memiliki nilai edukasi yang seperti apa. Namun kalau dilihat dari cover luarnya maka perkiraanu filem ini akan berdampak tidak berbeda jauh dengan film-film petualangan naik gunung yang sebelumnya. dilihat dari pakaian yang digunakan pemain film tersebut dari cover saja sudha mengajarkan hal yang salah. mana ada orang yang mau mendaki menggunakan baju tak berlengan dan celana super duper pendek, emang mau lecet-lecet itu mbak pahanya yang mulus? apa mau pamer paha diketinggian sana?Ayo kawan jadi pendaki yang kritis dan pintar sedikitlah, kalau memang hal-hal dalam filem gak mendidik dan mengajarkan hal salah yang nantinya ditiru dan merugikan banyak orang kenapa kita diam saja?????