Rabu, 01 April 2015

Latah, Mendadak Pendaki

Sepertinya sekarang ini dunia Pencinta Alam yang berorientasi dan terkenal dengan naik gunung sedang sangat digemari, bahkan oleh masyarakat yang dahulunya berkata bahwa naik gunung itu gak penting, bikin capek, bikin kumel, dan perkataan tidak mendukung bahkan terkesan mengejek. Ya, memang masyarakat Indonesia itu ‘Latah’, dan latahnya dimulai dari apa yang mereka tonton dan disukai bahkan yang dikenakan oleh idolanya. Dan karena yang diidolakan itu adalah artis-artis di televisi maka wajar saja kalau sekarang ini banyak masyarakat yang ‘Sok Ngartis’.
Latah tentang naik gunung terbaru terjadi karena adanya film 5 Cm yang membodohi para penontonnya dengan mengajarkan naik gunung tanpa persiapan dan perlengkapan yang benar. Hal ini dapat dilihat dari ramainya gunung-gunung dengan pendaki yang memakai celana jeans ketat, jaket kain tipis, tas cantik kecil mungil dan unyu-unyu dengan barang bawaan yang dipegang tangan bahkan dipanggul. Bayangkan, dibahu kita ada tas unyu-unyu (yang entah isinya apa?) ditangan kanan ada SB, dan kita masih memanggul tenda dome yang dibantu memegang dengan tangan kiri, nah tiba-tiba kita tergelincir pas mau naik, lalu apa yang terjadi? Kita mengikhlaskan diri untuk jatuh bebas atu mengikhlaskan barang-barang diluar tas terjun bebas tanpa ikhlas ditambah dengan semprotan dari teman-teman? Silahkan difikirkan.

 Belum lagi konsumsi yang dibawa hanya berupa mie instan, nah kalau naik gunungnya selama 1 minggu dan makannya 2x dalam 1 hari maka 14 kali kita makan mie instan. Sedangkan menurut dokter kesehatan., mie instan cukup dimakan 1 minggu 1 kali, itupun rentang waktu yang paling singkat untuk mengkonsumsinya. Nah kalau selama 1 minggu kita makan mie terus menerus sudah pada tau dampaknya bukan? Kalau gak begitu pada bawa makanan lain yang judulnya tetep ‘instan’, nah tau sendiri bukan dampak dari makanan instan? Pasti ada bahan pengawetnyakan, kalau selama 1 minggu kita makan makanan instan jadi sudah berapa banyak pengawet yang kita timbun di dalam tubuh kita? Dan bila di dalam tubuh kita banyak tersimpan bahan-bahan kimia, pengawet, maka dalam waktu lama akan berdampak pada kesehatan kita bukan....
Hal lainnya yang sering terlupakan oleh para MARP.A adalah obat-obatan. Kalau di film 5 CM, ketika kita terluka cukup dengan menggunakan plaster dan kita sudah bisa berjalan normal kembali. Bohong banget dan pembodohan akut bukan? Mendaki gunung resiko terluka parah itu selalu ada, kalau kita tiba-tiba jatuh kejurang atau kawah apakah kita bisa langsung memberi plaster dan orang yang jatuh kejurang atau kawah sudah bisa berjalan normal kembali? Tidak, apabila jatuh ke jurang atau kawah kita membutuhkan webbing untuk membawa si korban dari jurang atau kawah tersebut. Belum lagi kita membutuhkan parang untuk membuka jalan demi menolong korban. Atau mungkin pada mau ninggalin yang jatuh tersebut? Tega bener Bung. Atau tiba-tiba temen kita mengalami sesak nafas, apa kita bisa kasih plester terus sembuh? “Loh temenku yang tak ajak mendaki gak punya penyakit asma dan sehat walafiat kok”, kita gak akan pernah tau kejutan yang akan diberikan oleh alam kepada kita. Bisa jadi temen kamu yang diajak mendaki adalah orang yang menurut kamu paling kuat diantara yang lain tapi ternyata kejutan dari alam itu berbeda, teman yang kamu anggap paling sehat ternyata dia kena asma diketinggian sana, atau terkena hipotermi. Nah, sebuah kejutan besar bukan. Kalau kalian mempunyai ilmu PPGD yang cukup baik mungkin hal yang mengejutkan tersebut tidak membuat kamu panik sampai pengen terjun bebas kejurang, tapi kalau kamu tidak punya bekal sama sekali tentang PPGD maka bisa dipastikan kamu lebih memilih berjalan jauh menuju puncak tapi temanmu baik-baik saja atau mungkin piilihan kamu jatuh pada terjun bebas dijurang atau kawah, biar gak bingung ngurusin temen kamu yang sakit (sadis amat ya....). belum lagi di film 5Cm itu diceritakan kalau ada yang terkena batu besar ketika perjalanan kepuncak, ada yang terkena telinganya ampek berdarah dan berdenging sebentar, lalu sembuh. Dan yang lebih parah adalah si cowok yang kepalanya terkena batu besar dan baik – baik saja. Itu  adalah hal yang benar-benar ‘MUSTAHIL’ dan ‘BOHONG”. Bagaimana bisa orang terkena batu sebesar itu namun baik-baik saja, padahal kenyataannya ada yang terkena batu yang jauh lebih kecil dari yang di film 5cm itu sudah patah tulang dan pecah kepalanya serta gegar otak.

Belum lagi, sekarang ini banyak yang pada nekat naik gunung tanpa membawa GPS ataupun peta (bahkan ada yang belum pernah berjumpa dengan peta apalagi bisa baca peta) dan keahlian membaca tanda alam lainnya. Dan ternyata gunung yang kalian daki mempunyai jalur yang cukup bikin kepala puyeng. Awalnya sih kalian pada bilang, ‘udah deh berangkat aja. Toh disana ada jalannya kok, “paling” juga ada tandanya entar.’ Dan akhirnya kalian berangkat dengan membawa “Paling” dan ‘bondo nekat’ dari rumah. Eh ternyata sampai disana jalurnya bikin orang pengen terjun bebas karena banyak banget percabangan. Masih untung kalau ada marka walau jarak antar marka gak normal (lebih jauh dari jarak marka normal) atau kalau pas mujur ketemu orang yang sedang naik gunung, jadi bisa nanya. Nah kalau marka dan orang gak ada trus yang kalian lakuin apa? Pada mau nanya ke pohon? Nanya ke hewan disana? Oh iya aku lupa kalau sekarang banyak grub-grub di sosmed yang memfasilitasi para’PENDAKI GUNUNG DADAKAN’untuk naik keatas sana. Dan gak lupa, banyak juga yang dengan bangganya nulis di dinding grub ‘Permisi mbk2 dan mas2, aq rencananya sama temenq berdua nih mau kegunung A pada tanggal sekian. Adakah yang mau gabung dan isa bantu kasih tau jalurya? Maklum mas/mbk, masih pemula’ -_- dan dengan gesitnya para anggota grub ini segera berlomba-lomba menunjukkan eksistensi dan dirinya masing-masing memberikan komentar ke status tersebut dengan kata2 ‘Ah mbk lewat jalur sini aja lebih gampang’ ‘sama aku aja mbk nanti tak kasih tau jalurnya’ dan banyak komentar sejenis. Tanpa memperhitungkan A,B, C,,,,, Z. Kalau ada yang posting foto sedang berada di tempat A, B, C dll pada bereput buat posting nanya dimana itu, jalurnya lewat mana, biaya habis berapa dan sejenisnya tapi ketika ada yang posting di grub tentang hal-hal positif mendaki gunung eh malah gak ada yang nanggepin, bahkan sekedar kasih jempol aja ogah (MIRIS).
Sepertinya banyak yang pada salah tangkap dengan film 5 cm ini. Kalau menurut aku pribadi nih ya, film 5 cm itu sebenarnya gak menceritakan tentang mendaki gunung apalagi keamanan dan manajemen yang baik saat mendaki, tetapi lebih pada persahabatan. Lebih pada kerja keras dan keyakinan dalam mencapai sebuah impian. Hanya saja sebuah kerja keras, keyakinan dan persahabatan yang dibalut dan dibumbui oleh kegiatan mendaki gunung. Yang mungkin juga skalian memperlihatkan keindahan indonesia serta sedikit menyentil kita untuk lebih mencintai negeri sendiri. Daripada kita sering keluar negeri untuk menikmati libur panjang dengan biaya yang tidak sedikit maka kenapa tidak untuk menghabiskan waktu liburan bersama keluarga untuk mengajarkan anak kita mencintai negeri sendiri lewat keindahan alamnya, akan tetapi dengan tetap menjaga keindahan, kebersihan dan keasriannya. Tidak dengan cara merusak yang sudah ada dengan yang baru dimana hal yang baru tersebut dirasa lebih modern akan tetapi dampak panjangnya memusnakan yang ada bahkan endemik di suatu daerah atau kawasan. Misal nih, mandi di danau, nah loh, itu aer danau kan dibuat minum, masak dan lain sebagainya kok ya masih dibuat mandi, apa kita mau minum dan makan dari kotoran yang ada di tubuh kita atau danau yang dibuat untuk mencuci sisa-sisa masakan nah loh itukan mau dibuat masak lagi masak iya kita mau masak pakai air yang kotor? Air danau kan gak mengalir selayaknya air sungai ataupun air laut Bung, jadi butuh waktulebih lama untuk tanah menyaringnya menjadi bersih. Eits bukan berarti kita isa seenaknya membuang sampah atau apapun kedalam sungai atau laut lo yaaaa... ayolah kenali alam indonesia namun tetap mencintai dan menjaganya demi anak cucu kita kelak ^_^
Ternyata ‘Latah’ naik gunung gak hanya terjadi karena film 5 cm aja, dulu sekitar tahun 2005 ada juga film yang bercerita tentang alam dan sedikit dunia kepencinta alaman, SOE HOK GIE. Tetapi film ini berbeda dengan 5 CM.  Dimana pada film ini lebih bercerita tentang seorang mahasiswa UI yang tidak toleran terhadap ketidakadilan dan mengimpikan Indonesia yang didasari oleh keadilan dan kebenaran yang murni. Hok Gie dan teman-temannya menghabiskan waktu luang mereka naik gunung dan menikmati alam Indonesia yang asri dengan Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA) UI. Selain itu, mereka juga gemar menonton dan menganalisa film, menikmati kesenian-kesenian tradisional, dan menghadiri pesta-pesta. Film ini menggambarkan petualangan Soe Hok Gie mencapai tujuannya untuk menggulingkan rezim Sukarno, dan perubahan-perubahan dalam hidupnya setelah tujuan ini tercapai. Lebih pada mahasiswa yang kritis, jujur dan cinta indonesia. Tapi sayang, Gie harus meninggalkan dunia dipelukan tanah tertinggi di Pulau Jawa dengan cita-citanya yang sampai sekarang belum terwujud.
dan yang akan datang ada Film "Romeo Rinjani". Entah filem ini akan membawa penonton ke arah mana dan memiliki nilai edukasi yang seperti apa. Namun kalau dilihat dari cover luarnya maka perkiraanu filem ini akan berdampak tidak berbeda jauh dengan film-film petualangan naik gunung yang sebelumnya. dilihat dari pakaian yang digunakan pemain film tersebut dari cover saja sudha mengajarkan hal yang salah. mana ada orang yang mau mendaki menggunakan baju tak berlengan dan celana super duper pendek, emang mau lecet-lecet itu mbak pahanya yang mulus? apa mau pamer paha diketinggian sana?Ayo kawan jadi pendaki yang kritis dan pintar sedikitlah, kalau memang hal-hal dalam filem gak mendidik dan mengajarkan hal salah yang nantinya ditiru dan merugikan banyak orang kenapa kita diam saja?????